Jumat, 14 Oktober 2011

Proses Survei Pengukuran Tanah


Surveying  : Suatu ilmu untuk menentukan posisi suatu titik di permukaan bumi
 
Plane Surveying
Kelas pengukuran di mana permukaan bumi dianggap sebagai bidang datar, artinya adanya faktor kelengkungan bumi tidak diperhitungkan
            Geodetic Surveying 
             Kelas pengukuran di mana permukaan bumi dianggap sebagai bola, artinya adanya faktor kelengkungan bumi harus diperhitungkan

 Ruang Lingkup Ilmu Ukur Tanah, meliputi :
1. Pengukuran mendatar (horizontal)
   
à penentuan posisi suatu titik secara
         mendatar


2. Pengukuran tinggi (vertikal)
   
à penentuan beda tinggi antar titik
  
Secara umum, lingkup tugas juru ukur (surveyor) dapat dibagi menjadi lima bagian,
sebagai berikut
 
  • ANALISIS PENELITIAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
              meliputi pemilihan metode pengukuran, prosedur,  peralatan, dan sebagainya. 
  • PEKERJAAN LAPANGAN ATAU PENGUMPULAN DATA
              melaksanakan pengukuran dan mencatat data  
  • MENGHITUNG DAN PEMROSESAN DATA
              melaksanakan hitungan berdasarkan data
  •  PENYAJIAN DATA ATAU PEMETAAN
               menggambarkan hasil-hasil ukuran & hitungan untuk menghasilkan peta, gambar rencana, dsb.
               yang diperoleh dilapangan.
  •  PEMANCANGAN/PEMATOKAN
               untuk menentukan batas-batas atau pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan.

Membuat Begesting Balok

1.      Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam pembuatan begesting
      
Alat :
1.   Meteran
2.   Paku
3.   Palu
4.   Gergaji
5.   Catut atau Tank
6.   Benang
7.   Kawat
8.      Penggaris Siku
9.      Pensil

        Bahan :
1.      Papan Kayu 2/20/1,5
2.      Papan Usuk ukuran 4/6
3.      Reng ukuaran 2/3

 

2.  Memasang 3 buah papan begesting yang tersedia sehingga membentuk balok berongga. Dan disetting dengan dimensi yang sesuai dimensi balok yang dibutuhkan.


3. Memasang steger yang digunakan sebagai penyangga balok
 

4.  Memberi kayu pengunci,agar begisting balok tetap pada dimensi yang sesuai





5. Selesai


Klasifikasi  Semen
   Semen (PC:Portland Cement) diklasifikasikan dalam 5 jenis sebagai berikut :
Jenis I  :  Semen portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan-persyaratan khusus seperti yang dipersyaratkan pada jenis-jenis lain.
Jenis II  :  Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.
Jenis III  :  Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan tinggi pada fase permulaan setelah pengikatan terjadi.
Jenis IV  :  Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas hidrasi rendah.
Jenis V  :  Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan tinggi terhadap sulfat.

Jenis-Jenis Beton


Beton

Pengertian Beton
Setiap hari kita melihat material konstruksi jenis ini. Mulai dari bangunan rumah, struktur gedung, lapisan jalanan, dan lain-lain. Bahkan akhir-akhir ini material ini menjadi idola para insinyur dikarenakan kuat dalam menhadapi desakan beban dan mudah dibentuk menjadi aneka struktur.
Beton adalah batuan buatan yang diperoleh dengan cara mencampurkan semen, air, agregat halus dan agregat kasar serta dengan atau tanpa bahan tambahan dengan perbandingan tertentu. Bahan tambahan dapat berupa bahan kimia, serat dan bahan buangan non kimia. Campuran tersebut bila dituang ke dalam cetakan kemudian dibiarkan maka akan mengeras seperti batuan. Pengerasan itu terjadi oleh peristiwa reaksi kimia antara air dan semen yang berlangsung selama waktu yang panjang dan akibatnya campuran itu selalu bertambah keras setara dengan umurnya.

Jenis-Jenis Beton
a.       Beton Ringan
Beton biasa merupakan bahan yang cukup berat dengan berat jenis 2400 kg/m3 dan menghantarkan panas. Untuk mengurangi beban mati suatu struktur beton atau mengurangi sifat penghantar panasnya maka telah banyak dipakai teori beton ringan. Beton dikatakan sebagai beton ringan jika beratnya kurang dari 1800 kg/m3. Pada dasarnya beton ringan diperoleh dengan cara pemberian gelembung udara ke dalam campuran betonnya. 
b.      Beton massa
Beton massa adalah beton yang dituang dalam volume besar, yaitu perbandingan antara volume dan luas permukaan besar. Biasanya dianggap beton massa jika dimensinya lebih dari 60 cm. Beton massa biasanya dibuat untuk pondasi besar, pilar, bendungan dan sebagainya.


c.       Ferosemen
Ferosemen adalah suatu bahan gabungan yang diperoleh dengan cara memberikan kepada mortar semen suatu tulangan yang berupa anyaman kawat baja. Mortar semen berfungsi sebagai massa dan kawat baja sebagai pemberi kekuatan tarik dan daktilitas. Secara lebih teliti ferosemen dapat diartikan sebagai beton bertulang dengan bentuk khusus, yaitu dengan tulangan lebih rapat dari pada beton bertulang terutama pada tingkat tegangan yang sedang.
d.      Beton Serat
Beton serat adalah bahan komposit yang terdiri dari beton biasa dan bahan lain yang berupa serat. Serat pada umumnya berupa batang-batang dengan diameter antar 5 dan 500 µm, dan panjangnya sekitar 25 mm sampai 100 mm. Bahan serat dapat berupa serat asbestos, serat tumbuh-tumbuhan (rami,bambu,ijuk), serat plastik (polypropylene), atau potongan kawat baja.
e.       Beton Non Pasir
Beton non pasir adalah suatu bentuk sederhana dari jenis beton ringan yang diperoleh dengan cara menghilangkan bagian halus agregat pada pembuatan beton. Tidak adanya agregat halus dalam campuran menghasilkan suatu sistem berupa keseragaman rongga yang terdistribusi di dalam massa beton, serta berkurangnya berat jenis beton. Rongga didalam beton tersebut mencapai sekitar 20 sampai 25 persen.
f.       Beton Siklop
Beton jenis ini sama dengan beton normal/biasa, perbedaannya adalah pada beton ini digunakan ukuran agregat yang relatif besar-besar. Ukuran agregat kasar dapat sampai sebesar 20 cm. Namun proporsi agregat yang lebih besar dari biasanya ini sebaiknya tidak lebih dari 20 persen agregat seluruhnya.
g.      Beton Hampa
Beton jenis ini diaduk dan dituang serta dipadatkan sebagaimana beton biasa, namun setelah beton tercetak padat, kemudian air sisa reaksi disedot dengan cara khusus, disebut cara vakum (vacuum method). Dengan demikian air yang tertinggal hanya air yang dipakai untuk reaksi dengan semen sehingga beton yang diperoleh sangat kuat.